Tahun 2020 merupakan tahun yang banyak meninggalkan bekas bagi saya, tentunya bagi anda juga. Tahun 2020 dunia sedang dilanda pandemi Covid-19 yang menimbulkan banyak polemik disana sini. Ajang perebutan kekuasan, pergesekan antara ego dengan keimanan dan banyak lagi. Berimbas pada banyak hal termasuk persahabatan yang sudah lama dipupuk menampakkan akar aslinya kepermukaan.
Diluar itu semua, dari tahun 2020 saya berusaha untuk mengambil pelajaran yang mungkin bermanfaat bagi saya dan mungkin juga berguna untuk anda. Saya ingin agar dapat memeras masalah itu semua, membuang ampasnya dan mengambil sarinya untuk membawa harapan yang lebih baik di tahun selanjutnya.
Selama masih ada harapan bukankah manusia memiliki cahaya untuk tetap dapat terus menjalani kehidupan.
Mulai dari yang pertama dari awal tahun dimana saya mendapat kesempatan untuk tetap dapat melanjutkan studi S2 yang hampir selesai. Saya sangat bersyukur apalagi kemudian dibulan-bulan pertama tahun 2020 mendapat kesempatan untuk melaksanakan program studi sit-in ke luar negeri.
Di saat baru saja turun dari pesawat dan sampai ke negara tetangga yaitu Thailand, saya dikejutkan karena terdeteksi memiliki suhu tinggi. Kemudian saya harus dipisahkan dengan rombongan di tempat khusus lalu diperiksa lebih lanjut.
Ternyata saat itu Thailand sudah lebih dulu memperketat pemeriksaan kedatangan orang asing dimana di Indonesia masih dianggap aman karena covid-19 disangka takut dengan sinar matahari. Alhamdulillah ternyata setelah diperiksa beberapa menit, saya dinyatakan tidak terbukti menderita penyakit tersebut.
Saat di negara lain tersebut saya banyak belajar tentang toleransi dan pertemanan. Dimana orang-orang yang memiliki kesamaan entah itu darimana asalnya, kesamaan bahasanya atau kesamaan lainnya akan lebih mudah akrab apalagi ditempat asing.
Selain itu saya juga menemukan banyak hal yang sangat berbeda dikumpulkan menjadi satu, seperti acara menyanyikan lagu Islami (Qosidah) lengkap dengan panggung dan pengiringnya yang berjilbab di lokasi mall tepat didepan pantai Pattaya yang banyak orang memakai busana pantai yang minim sebut saja bikini. Rasa haru, aneh, lucu dan tidak biasa susah dipilah-pilah diotak saya. Sambil terduduk saya berusaha mengambil nilai bahwa membawa kebaikan itu tidak harus dirumah ibadah, dimana saja bisa asalkan kita mengemasnya dengan indah.
Sepulang dari Negara tetangga saya tidak kaget bila di negara kita masih saja santai menghadapi covid yang dianggap gak berbahaya saat itu. Yang saya kaget sebenarnya adalah teman-teman yang biasanya duduk bersila dengan saya dan saya anggap baik-baik saja, malah menunjukkan sikap agamis, rasis, dan pandangan lain karena perbedaan politik yang harusnya sudah selesai ditahun lalu.
Kemudian masuk sepertiga tahun 2020 beberapa momen menunjukkan pada saya bahwa banyak pendakwah agama yang tiba-tiba jadi pandai ilmu kesehatan dan menyarankan cara mudah menghindari covid-19. Saya tidak ingin menyakiti hati teman-teman saya itu dengan menyanggah pendapat mereka. Saya lebih memilih untuk damai dan tidak sering bertemu mereka.
Ketika mendekati pertengahan tahun isu politik kembali memanas, membuat saya susah menemukan kedamaian ditempat yang biasanya hati saya merasa tentram. Masalah kesehatan bisa bercampur aduk dengan masalah politik bahkan agama juga digunakan sebagai bumbu untuk memperkuat opini pihak tertentu.
Ada juga kenyataan yang membuat saya sedih dimana orang dekat saya bahkan menyatakan diri untuk ikut saja menyerahkan diri dengan ikut golongan tertentu. Walaupun tidak setuju, saya tetap menghormati apa yang diputuskannya.
Saya sendiri yang dasarnya lebih suka merdeka bebas memilih takdir kita sendiri, tetap mengingatkan tapi malah jadi salah faham. Diperistiwa ini saya mengambil nilai bahwa saya tidak bisa mengendalikan kemauan orang, yang saya bisa lakukan adalah mengusahakan yang terbaik pada diri saya sendiri.
Tahun 2020 juga tahun yang berkesan karena saya harus larut dalam kesibukan penulisan tesis yang akhirnya selesai juga. Bulan Desember saya dinyatakan lulus dan akhirnya wisuda dengan cara yang belum pernah ada di generasi sebelum saya, yaitu wisuda online.
Dengan beberapa drama yang membuat tegang tapi setelah terlewati rasanya lega banget. Ternyata pasrah pada Tuhan itu harus juga diiringi usaha maksimal agar membuahkan hasil.
Saya bersyukur hingga tulisan ini saya buat, keluarga saya masih dilindungi Alloh. Setelah berbulan-bulan stay at home, terkadang kami juga ingin keluar rumah untuk membeli kebutuhan dan barang penting. Sayangnya ketika saya menikmati momen kekeluargaan ini. Ada saja peristiwa yang mengganggu kedamaian dan keutuhan keluarga.
Satu lagi akhirnya setelah sejak dulu ngekos waktu kuliah dimana saya ingin belajar musik saya tahan terus. Kini saya akhirnya bisa belajar not dan chord dengan ukulele. Herannya bila dulu di kos saya susah menghafal sekarang bisa lancar, apa karena covid jadi lebih banyak nganggur terus mudah hafal ya? Atau apa karena dulu alat musiknya pinjam jadi susah hafalnya? Hehehe
Saya selalu berusaha bahagia dengan mensyukuri hari ini. Saya juga belajar merencanakan hari esok yang lebih baik dengan berpijak dari pengalaman hari ini.
Salah satu hal yang ingin saya tuliskan yaitu Saya tidak ingin kehilangan dan juga tidak ingin teman saya sendirian. Saya masih ingin suatu hari nanti ngobrol bersama, senyum bersama, makan bersama dan merayakan hari raya atau suasana istimewa lainnya bersama tanpa takut virus ataupun dibayangi ego yang paling benar.
Sambil menunggu hal itu terjadi, saya mensyukuri apa yang saya dapat dihari ini.
Pada tulisan ini saya tidak ingin mempengaruhi anda untuk setuju dengan pandangan saya, dan tidak juga untuk pamer dengan menunjukkan keberhasilan yang saya dapatkan. Saya hanya ingin menuliskan suara batin saya yang semoga bisa menjadi catatan saya agar dapat lebih baik dikemudian hari. Saya berharap dapat membacanya lagi sebagai pelajaran dan agar siapapun dapat mengambil manfaatnya.
Itulah pelajaran yang dapat saya simpulkan dari 2020, bagaimana dengan anda?
Posting Komentar